Unsur dan Wujud Kebudayaan Masyarakat Banjar Martapura
Kebudayaan dalam
Antropologi memiliki tujuh unsur-unsur kebudayaan, yang meliputi : bahasa,
system pengetahuan, organisasi sosial, system peralatan hidup dan teknologi,
sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Bahasa
Bahasa merupakan
sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau
berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa
disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan
manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena
sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi
penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki
porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. Bahasa yang digunakan di
Kabupaten Banjar, Martapura masih menggunakan bahasa daerah berupa bahasa
banjar, jarang ada orang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi
dengan masyarakat lain, kecuali orang-orang pendatang dari daerah lain yang menggunakan
bahasa Indonesia. Dialek bahasa yang digunakan oleh masyarakat martapura
menggunakan dealek bahasa Banjar Kuala. Misalnya :
gasan (Dalam
bahasa Banjar Kuala. Hagan (Dalam bahasa Hulu), yang dalam bahasa indonesia
berarti untuk, buat.
lelongkong (Dalam
bahasa banjar Kuala) lalungkang/jandila (Dalam bahasa Banjar Hulu), yang dalam
bahasa Indonesia berarti jendela.
Walaupun sama-sama
orang Banjar namun masyarakat masing-masing daerah Kalimantan Selatan memiliki
dealek bahasa yang berbeda-beda tergantung dari daerahnya. Jadi , orang daerah
Banjar Dengan orang daerah Barabai memiliki bahasa yang berbeda.
Sistem pengetahuan
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Sistem
pengetahuan yang ada di Kabupaten Banjar
sudah mulai berkembang kearah yang lebih baik, yaitu dapat dilihat dari pembangunan
dunia pendidikan di Kabupaten Banjar, Martapura sudah mempunyai lembaga
pendidikan SD/MI, SMP/MTS, SMA, SMK dan beberapa Perguruan Tinggi. Di SMKN 1
yang ada di daerah Martapura pun telah dibuka berbagai jurusan antara lain
akuntansi, administrasi perkantoran, penjualan, teknologi informatika, teknik
pemesinan, dan mekanik otomotif yang dapat memberikan masyarakat program
pendidikan siap kerja berupa keahlian tanpa harus melanjutkan perguruan tinggi
lebih dahulu.
Selain itu di
daerah Kabupaten Banjar, Martapura juga terdapat lembaga pendidikan tinggi
yaitu : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darussalam, Akademi Perawat (Akper)
Intan Martapura. Dengan melihat jumlah lembaga pendidikan yang tersedia di
Kabupaten Banjar tersebut maka hal ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat
akan adanya pendidikan dan dimungkinkan berkaitan dengan semakin tingginya
kesadaran masyarakat untuk meraih jenjang pendidikan yang makin tinggi. Julukan
Kota Martapura ialah kota santri, sebab di Martapura banyak santri-santri
daerah lain yang bersekolah di pondok-pondok pesantren di Martapura. Salah satu
pondok yang terkenal sampai mancanegara ialah Pondok Pesantren Darussalam
Martapura.
Organisasi social
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
Organisasi sosial yang ada di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Barabai antara lain
adalah :
Batahlil,
merupakan salah satu tradisi yang ada Di Kabupaten Banjar, Martapura.
Organisasi sosial ini bersifat kekeluargaan karena adanya unsur gotong-royong
antar warga. Salah satu proses pelaksanaan acara serikat penolong kematian
dalam budaya masyarakat Martapura adalah batahlili. Yaitu, tahlilan sebanyak
70.000 kali di Langgar (Mesjid) serta mengumpulkan dana untuk saling tolong
menolong.
Bemaulitan,
merupakan organisasi sosial yang dilaksanakan rutin malam rabu/malam senin,
Bemaulitan ialah kegiatan bersholat dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Sistem
acara bergiliran dari setiap anggota habsyi, Pembiyaan dalam kegiatan ini
bersifat gotong-royong.
Beburdahan,
merupakan organisasi sosial yang dilaksanakan malam jumat, system kegiatan ini
kurang lebih sejenis kegiatan bemaulitan, beburdaan ialah kegiatan membaca ayat
burdah dengan nada yang cepat atau lambat dengan berirama.
Sistem peralatan hidup dan
teknologi
Sistem pelalatan hidup dan teknologi yang ada
di Kabupaten Banjar, Martapura sudah cukup maju,
1.
Alat-alat produktif
Peralatan yang
digunakan antara lain:
a.
Peralatan untuk bertani: parang
cangkuk (untuk menebas),parang Duyung (untuk merumput di sawah),parang Lantik
(untuk menebaspepohonan yang kecil),Belayung (untuk menebang pohon yang
besar),dan cangkul
b.
Peralatan untuk rumah tangga :
Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang cukup
besar),pisau,lading,kapak,dll.
2.
Senjata
Senjata digunakan masyarakat Banjar
untuk melindungi dirinya dari musuh dan bisa juga berfungsi sebagai alat
produktif seperti untuk mengangkap ikan,berburu di hutan,jerat perangkap,dll.
Contohnya Mandau, Sumpit, serapang (tombak lima mata), tiruk (tombak panjang
lurus untuk berburu ikan haruan atau ikan gabus dan tomat disungai),
pengambangan ( tombak lurus bermata satu), duha ( pisau bermata dua untuk
berburu babi) 3. Makanan
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
Dalam pembuatan makanan diperlukan
sistem teknologi yang digunakan untuk membuat makanan tersebut mempunyai nilai
lebih.Bagaimana cara mengolah,memasak,dan menyajikannya juga harus
diperhatikan.apalagi penggunaan bumbu-bumbunya.salah satu hasil makanan orang Banjar
yang terkenal adalah Nasi Kabuli yang telah turun temurun menggunakan resep
warisan leluhur mereka. Serta ada Kue khas Martapura yaitu Wadai Kelepon
(Kalalapun). Dan masih banyak lagi makanan khas Martapura.
4. Pakaian dan Perhiasan
5. ![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
Untuk itu dalam pembuatannya
diperlukan sistem teknologi yang tepat seperti pembuatan kain sasirangan yang
mengguanakan teknik cetak sehingga dihasilkan kain yang bermotif sama,dalam
pembuatan kain tenun juga dilakukan teknik tenun halus. Masyarakat Banjar telah
mengenal perhiasan sejak dulu yaitu ada yang menggunakan lokan,kerang,batu
hias,dan emas.
6.
Rumah
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image012.gif)
Orang Banjar mengenal sistem pembuatan
rumah mereka yaitu dengan mengikat bahan material,merangkai kayu-kayu,dan
menyusunnya menjadi bentuk sebuah rumah yang mereka inginkan.dengan bahan utama
adalah kayu ulin karena banyak terdapat di sekitar mereka.Rumah yang dijadikan
rumah adat adalah rumah bubungan tinggi/rumah panggung karena
7.
Alat-alat Transportasi
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image014.jpg)
Yang menjadi alat transportasi utama
mereka adalah jukung yang menjadi sarana trasportasi sungai. sistem teknologi
tersebut menandakan bahwa masyarakat Banjar telah peka terhadap perkembangan
teknologi yang sangat mereka perlukan untuk mempermudah pekerjaan mereka.
Sistem Mata Pencaharian
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image016.gif)
Sistem mata
pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan
seharihari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan
baginya.
Setelah mengetahui
apa yang dimaksud dengan sistem mata pencaharian maka dapat diketahui sistem
mata pencaharian yang ada di Kabupaten Banjar, Martapura meliputi :
1. Mandulang Intan, Penambangan intan merupakan sektor andalan dalam
bidang perekonomian Kalimantan Selatan. Di Martapura juga terdapat tambang
intan yang terkenal di Pengaron, dimana pada masa pendudukan Belanda tambang
intan di Pengaron adalah penghasil intan terbanyak, tambang intan tersebut
adalah Orange Nassau.
Baru-baru ini,
penambang di Kabupaten Banjar menemukan intan mentah sebesar pentol bakso.
Kelompok pendulang intan tradisonal menemukannya di kedalaman 15 meter di Desa
Antaraku, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar.
Beratnya mencapai 40 gram, penambang
mengatakan ukurannya 200 karat. Diberi nama Puteri Malu, intan ini penemuan
terbesar setelah intan Trisakti tahun 1965 seberat 33 gram. Bagi seorang
penambang, menemukan intan besar belum tentu membawa kemakmuran baginya.
Penambang intan ibarat seorang buruh tani, hidup miskin bertahan hidup dari
utang.
Sistem religi
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image018.gif)
Sistem religi
dapat berupa wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang tuhan,
dewadewa, ruh-ruh halus, neraka, surga, dan lain-lain, tetapi juga sebagai
berbagai bentuk upacara (baik yang musiman maupun yang kadang kala), maupun
berupa benda-benda suci serta religius.
Sistem religi yang ada di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Barabai adalah :
1.
Tradisi malam nisfu syaban,
tradisi ini dilakukan setiap malam nisfu syaban, masyarakat beramai ramai
menuju masjid sebelum masuk waktu magrib ketika malam nisfu syaban. Masyarakat
sholat magrib berjamaah kemudian membaca yasin sebanyak tiga kali secara
beramai-ramai dilanjujutkan sholat isya berjamaah, setelah sholat isya
dilanjutkan lagi sholat tasbih secara bersama-sama. Tradisi ini selalu
berulang-ulang tiap tahunnya ketika malam nisfu syaban.
2.
Bamauludan atau bamaulitan,
tradisi ini dilakukan oleh masyarakat ketika tiba bulan maulid Nabi Muhammad
SAW, mauludan dilakukan dimasing-masing rumah masyarakat dalam rangka
memeriahkan maulud Nabi. Pada tradisi ini diadakan aruh atau selamatan dimasing-masing
rumah warga yang dilakukan secara bergiliran selama sebulan penuh ketika bulan
Mulud tiba.
Kesenian
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image020.gif)
Kesenian dapat
berwujud berbagai gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng, atau syair yang indah,
tetapi juga dapat berupa wujud sebagai berbagai tindakan interaksi berpola
antara sesama seniman pencipta, penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar,
penonton, maupun para peminat hasil kesenian, disamping wujudnya berupa
benda-benda indah, candi, kain tenun yang indah, dan lain-lain.
Kesenian yang ada di Kabupaten Banjar,
Martapura antara lain :
Musik Kintung
merupakan salah satu kesenian musik tradisional dari Suku Banjar, Kalimantan
Selatan. Musik ini berasal dari daerah Kabupaten Banjar, yaitu Martapura, Masa
dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada
bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam
pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari
kepunyaan lawan bertanding.
Bahan untuk
membuat alat musik kintung ini adalah bambu. Bentuknya seperti angklung dari
Jawa Barat. Untuk mengatur bunyi tergantung pada rautan bagian atasnya hingga
melebihi dari seperdua lingkaran bambu. Rautan itu makin ke atas semakin
mengecil sebagai pegangannya. Sedang bagian bawahnya tetap seperti biasa.
Panjangnya biasanya dua ruas, dan buku yang ada di bagian tengahnya (dalam)
dibuang agar menghasilkan bunyi. Pengaturan bunyi biasanya tergantung pada
rautan bagian atasnya. Semakin dibuang atasnya itu akan menimbulkan nada yang
lebih tinggi.
Namun, pada masa sekarang, musik Kintung ini
sudah mulai langka karena seniman yang tersisa adalah orang-orang tua dan
jarang generasi muda yang mau meneruskan kesenian ini.
Wujud Kebudayaan
J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000)
membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu :
(1) ideas, (2)
activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang
mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide,
gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Mengenai wujud
kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
(2007:2930) memberikan penjelasannya sebagai berikut :
1. Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari
kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan
tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup.
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur,
mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia
dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut
adat istiadat.
Di Martapura,
ada wujud kebudayaan berupa hokum adat seperti:
Pamali Banjar adalah ungkapan tradisional
berbahasa Banjar yang berisi paparan tentang siapa saja yang tidak boleh
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu pada waktu-waktu tertentu di
tempat-tempat tertentu dan akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai hukuman
yang diancamkan kepada siapa saja yang berani melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu yang tidak boleh dilakukan itu.
Pamali dalam masyarakat Banjar berarti
ungkapan-ungkapan yang mengandung semacam larangan atau pantangan untuk
dilakukan, di mana dalam masyarakat Banjar, pamali memiliki posisi sekaligus
berfungsi sebagai control social bagi seseorang dalam berkata, bertindak, atau
melakukan suatu kegiatan (Jamali dan Dalle, 2013).
Contoh-contoh Pamali Banjar seperti berikut
Babinian (orang
yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali badiri (perbuatan yang
terlarang) di muhara lawang (tempat) kaina halinan baranak (akibat). Artinya
wanita hamil terlarang duduk atau berdiri di muka pintu karena hal itu akan
berakibat yang bersangkutan susah melahirkan.
Babinian (orang
yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali makan pisang kambar
(perbuatan yang terlarang) kaina baranak kambar siam (akibat). Artinya wanita
hamil terlarang makan pisang kembar karena hal itu berakibat melahirkan anak kembar siam.
Babinian (orang
yang terlarang melakukan) bujang (situasi) pamali bakujamas (perbuatan yang
terlarang) malam Sabtu (waktu) kaina bajudu lawan laki nang katuju mamukulinya
(akibat). Artinya anak gadis terlarang mengeramas rambut pada malam Sabtu
karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan berjodoh dengan suami yang suka
menyiksanya.
Babinian (orang
yang terlarang melakukan) bujang (situasi) pamali bamasak sambil banyanyi
(perbuatan yang terlarang) kaina baanak tiri (akibat). Artinya anak perawan
terlarang memasak sambil menyanyi karena hal itu berakibat yang bersangkutan
akan bersuami duda yang sudah mempunyai anak (bakal mempunyai anak tiri).
Kakanakan (orang
yang terlarang melakukan) pamali bajalan (yang terlarang) parak kuburan
(tempat) kaina kapidaraan (akibat). Artinya anak kecil terlarang berjalan di
dekat kuburan karena hal itu akan berakibat yang bersangkutan akan jatuh sakit
karena diganggu makhluk gaib.
Kakanakan (orang
yang terlarang melakukan) pamali duduk di bantal (perbuatan terlarang) kaina
buritnya babisul (akibat). Artinya anak-anak terlarang menjadikan bantal
sebagai tempat duduk karena hal itu berakibat pantat yang bersangkutan pantat
akan ditumbuhi banyak bisul.
Kakanakan (orang yang terlarang
melakukan) pamali makan batis hayam (perbuatan terlarang) kaina tulisan kada
baik kaya karacak hayam (akibat). Artinya anak-anak terlarang makan nasi
berlauk-pauk kaki ayam karena hal itu berakibat tulisan yang bersangkutan
menjadi jelek seperti cakar ayam.
2.
Wujud perilaku
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image022.gif)
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial,
karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud
ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial
ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan
serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam
wujud perilaku dan bahasa.
Di Martapura ada wujud kebudayaan berupa
bemaulitan:
Bamauludan atau
bamaulitan, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat ketika tiba bulan maulid Nabi
Muhammad SAW, mauludan dilakukan dimasing-masing rumah masyarakat dalam rangka
memeriahkan maulud Nabi. Pada tradisi ini diadakan aruh atau selamatan
dimasing-masing rumah warga yang dilakukan secara bergiliran selama sebulan
penuh ketika bulan Mulud tiba.
3. Wujud Artefak
![](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image024.gif)
Wujud ini disebut
juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling
konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi,
bangunan, baju, kain komputer dll.
Di Martapura ada wujud kebudayaan berupa rumah
banjar:
Suku Banjar
memiliki 11 tipe rumah adat yang sekarang sudah banyak yang punah. Di antaranya
adalah tipe Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku.
Khusus untuk tipe Bubungan Tinggi sebenarnya masih banyak karena dijadikan
arsitektur gedung-gedung instansi pemerintahan seperti kantor gubernur, kantor
wali kota, dan sebagainya di Kalimantan Selatan, namun rata-rata berbahan
semen.
Sementara yang
benar-benar asli berbahan kayu ulin sudah sangat langka. Walau begitu,
masyarakat maupun turis yang penasaran dengan rumah adat ini dan ingin
mengeksplorasi lebih mendalam tentang interior tradisionalnya, bisa berkunjung
ke situs cagar budaya Rumah Adat Banjar Teluk Selong Ulu di Jalan Martapura
Lama nomor 28 RT 4, Desa Teluk Selong Ulu, Kecamatan Martapura Barat, Kota
Martapura, Kabupaten Banjar.
Di lokasi ini, ada
dua tipe rumah adat Banjar, yaitu Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku. Kedua rumah
ini masih dihuni pemiliknya dan masih tampak terawat dengan baik kendati
usianya sudah ratusan tahun. Kedua rumah ini pun dilindungi oleh Undang-undang
Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.
Rumah
Bubungan Tinggi
Konsep budaya masyarakat Melayu Banjar
dipengaruhi oleh kebudayaan Dayak, Melayu dan Jawa. Selain itu juga
diperngaruhi oleh kepercayaan animism Kaharingan, Hindu. Beragam kebudayaan dan
kepercayaan itu akhirnya oleh satu kepercayaan dan kebudayaan masyarakat Melayu
Banjar, yaitu Islam. Kebudayaan dan kepercayaan Islam ini dikelompokkan
berdasarkan tiga kategori, yakni kepercayaan Islam, kepercayaan bubuhan, dan kepercayaan lingkungan.
Dari ketiga kepercayaan ini kemudian bertranformasi dalam wujud konsep arsitektur
rumah masyarakat Melayu Banjar, khususnya rumah bubungan tinggi. Adapun wujud
transformasi ketiga kepercayaan ini dapat dilihat melalui desain lingkungan,
desain peruangan (dengan penerapan symbol cacak
burung, ruang upacara), desain perangkaan dan desain persolekan (beragam
motif dan ukiran) dalam arsitektur Melayu Banjar.
Masjid
Arsitektur tradisional Kalimantan Selatan
terfokus pada permukiman dan rumah tradisional. Wujud arsitektur tempat ibadah
Suku Banjar memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan wujud
masjid-masjid lainnya. Masjid tradisional Kalimantan Selatan memiliki tiga
jenis ruang, yaitu palataran (teras keliling), tempat sholat, dan mihrab.
Palataran berupa teras keliling, sedangkan denah shalat dan mihrab berbentuk
persegi. Masjid tradisional Kalimantan Selatan memiliki wujud sendiri yang
dibentuk oleh denah ruang shalat dan mihrab, serta atap bertumpang tiga. Atap
pada masjid tradisional Kalimantan Selatan memiliki sudut runcing (60o
) dan sudut tumpul (20o ). Selain itu, wujud masjid keseluruhan
merupakan simbolisasi dari pohon hayat (Suku Dayak), dan di puncak atas atap
ditemukan hiasan (pataka/patala) yang merupakan simbol dari Burung Enggang.
Kedua simbol ini merupakan simbol identitas dalam mitologi Suku Dayak.
Unsur dan Wujud Kebudayaan Masyarakat Banjar Kandangan
HSS
Sistem
Bahasa yang
digunakan di Kota Kandangan pada umumnya adalah bahasa kandangan yang
mengadopsi bahasa banjar asli tetapi mempunyai logat (gaya bahasa) yang khas.
Contohnya :
·
Bahasa Indonesia : Ini yang mau
saya beli
·
Bahasa Banjar : nangini handak ku
tukar
·
Bahasa Kandangan : nang niya ti pang handak ku tukar
Sistem
Ekonomi dan Mata Pencaharian Hidup yang ada pada
masyarakat Hulu Sungai Selatan (Kandangan) antara lain : memancing, berdagang,
pandai besi, membuat dodol dan ketupat asli Kandangan.
Sistem
Kepercayaan atau Agama masyarakat Hulu Sungai Selatan
mayoritasnya adalah Agama Islam meskipun masih ada masyarakatnya yang menganut
kepercayaan nenek moyang yaitu Kaharingan.
Kesenian khas
Hulu Sungai Selatan antara lain bakuntau,
mamanda, dan madihin. Bakuntau ini sendiri adalah sebuah bela diri yang
beberapa gerakan hampir mirip dengan silat namun ada beberapa gerakan juga yang
khas, kesenian bela diri bakuntau biasanya juga dapat di temui dalam acara perkawinan,
mereka menunjukan kemampuan bela diri mereka, dan pertunjukan ekstrim seperti
debus, namun kini mungkin sudah jarang di temui. Umumnya para pendekar kuntau
memiliki sejenis ilmu kanuragan mereka kebal akan senjata tajam dsb. Mamanda adalah seni teater atau
pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang
terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi
aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana
jadi lebih hidup. Madihin (berasal
dari kata madah
dalam bahasa Arab
yang berarti "nasihat", tapi bisa juga berarti "pujian")
adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Puisi rakyat anonim
bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel saja. Sehubungan
dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan
cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.
Wujud
Kebudayan
Wujud Kebudayaan sebagai Sistem
Aktivitas, beberapa wujud kebudayaan yang ada pada masyarakat
Hulu Sungai Selatan antara lain ialah Napak
Tilas dan Festival Dandang. Napak Tilas itu sendiri adalah sebuah
kegiatan untuk mengenang masa perjuangan para pahlawan di daerah Hulu Sungai
Selatan dengan cara melakukan perjalanan menyisiri jejak yang pernah ditempuh
para pahlawan tersebut. kegiatan ini dilakukan sekitar 2-3
hari dengan melakukan perjalanan dari Kota Kandangan kemudian menuju
tempat-tempat peninggalan sejarah perjuangan warga kalimantan secara umumnya
dan warga Kandangan secara khususnya, perjalanan ini menembus hutan dan juga
gunung yang ada di sekitar Kota Kandangan, acara ini juga merupakan acara
tahunan dan salah satu event besar di Kota Kandangan selain acara Bamboo
Rafting, acara ini dilakukan pada pertengahan bulan mei setiap tahunnya.
Sedangkan Festival Dandang adalah sebuah
event menerbangkan dandang (layang-layang berukuran besar) secara bersamaan
di lapangan luas.
Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak, di daerah Hulu Sungai Selatan, khususnya kota Kandangan wujud
kebudayaannya ialah berupa makanan khas yaitu, Dodol dan Ketupat khas
kandangan. Untuk Ketupat Kandangan sendiri masyarakat kandangan memiliki cara
khas tersendiri untuk memakannya yaitu dengan cara ketupatnya dihancurkan
sehingga tidak berbentuk ketupat utuh melainkan seperti nasi namun berkuah.
UNSUR-UNSUR DAN
WUJUD-WUJUD KEBUDAYAAN MASYARAKAT BANJAR DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH (HST)
A. Unsur-unsur Kebudayaan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Kebudayaan
umat manusia mempunyai unsur unsur yang bersifat universal. Unsur unsur
kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua
kebudayaan bangsa bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur
kebudayaan universal yaitu
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Sistem Kemasyarakatan atau
Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
6. Sistem Religi
7. Kesenian
Mari kita
bahas satu persatu yang ada di HST
#1 Bahasa
Bahasa adalah suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan
sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasi kan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua yaitu bahasa lisan dan
bahasa tulisan.
bahasa Banjar yang
merupakan bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar yaituBanjar
Kuala dan Banjar Hulu. Sebelum dikenal
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pada zaman dahulu apabila berpidato,
menulis atau mengarang orang Banjar menggunakan bahasa Melayu Banjar dengan menggunakan aksara Arab.
Tulisan atau huruf yang digunakan umumnya huruf atau tulisan Arab gundul dengan
bahasa tulis bahasa Melayu (versi Banjar). Semua naskah kuno yang ditulis
dengan tangan seperti puisi, Syair Siti Zubaidah, syair Tajul Muluk, syair
Burung Karuang, dan bahkan Hikayat Banjar dan Tutur Candi menggunakan huruf
Arab berbahasa Melayu (versi Banjar).
#2 Sistem
Pengetahuan
Sistem pengetahuan itu berkisar pada pegetahuan tentang kondisi alam
sekelilingnya dan sifat sifat peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan
meliputi ruang pengatahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang
dan bilangan, sifat sifat dan tingakh laku sesama manusia, tubuh manusia.
![Description: 20140421un-murid-salafiah.jpg](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image026.jpg)
Di Kalimantan Selatan khususnya di Hulu Sungai tengah, pendidikan pesantren
dari dulu dan bahkan sampai sekarang masih sangat digemari oleh masyarakat
#3 Sistem
Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
Organisasi Sosial adalah sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu
dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan
hidup, perkumpulan.
![Description: manyambal.jpg](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image028.jpg)
![Description: mengawah.jpg](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image030.jpg)
Masyarakat
HST biasanya berkumpul atau bergotong royong pada saat salah satu tetangga
mengadakan acara pernikahan, kegiatan di atas di sebut manyambal(kiri),
bakawah(kanan)
#4 Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah keseluruhan teknik yang
dimiliki oleh para nggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak
dan berbuat dalam hubungannya degnan pengumpulan bahan bahan menta, pemrosesan
bahan bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan,
alat trasportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda meterial.
Unsur
teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi, alat alat
produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat
berlindung dan perumahan serta alat alat transportasi.
#5 Sistem
mata pencaharian hidup
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha manusia untuk
mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup atau
sistem ekonomi yang meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam,
peternakan, perikanan, perdagangan.
![Description: IMG_0320 (900x600).jpg](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image031.jpg)
Mata
pencaharian utama masyarakat kabupaten HST adalah bertani.
#6 Sistem
Religi
Sistem religi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara
keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal hal suci dan tidak
terjangkau oleh akal. Sistem religi yang meliputi, sistem kepercayaan, sistem
nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan.
![Description: 5 copy.jpg](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image033.jpg)
Masyrakat
HST sangat menghormati para tokoh dan peninggi agama.
#7 Kesenian
Secara sederhana eksenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia
terhadap keindaha. bentuk kendahan yang beraneka tagam itu timul dari permainan
imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi amnusia. Secara
garis besar, kita dapat memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu
seni rupa, seni suara dan seni tari.
![Description: sanggar-tari-kambang-tigarun-kalimantan-selatan-4.jpg](file:///C:/Users/AKHMAD~1/AppData/Local/Temp/OICE_C2B1F089-BDB9-432B-A857-69DD91576963.0/msohtmlclip1/01/clip_image035.jpg)
Sumber:
anisskhoiruns.wordpress.com
B. Wujud-Wujud Kebudayaan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
terdapat 3 wujud kebudayaan, yaitu
1. ide/ gagasan : suatu pola pikir,
contoh wujud kebudayaan dari gagasan pada masyarakat HST ialah mempercayai
adanya hal hal yang berbau mistis,seperti mempercayai benda benda pusaka,
2. aktifitas : kegiatan/tindakan
yang di lakukan masyarakat. contoh wujud kebudayaan dari aktifitas pada
masyarakat HST ialah manujuh hari,
sesajen pada saat acara pernikahan, dll.
3. hasil budaya : berupa suatu
peninggalan,hasil karya/benda/fisik. contoh wujud kebudayaan dari hasil budaya
pada masyrakat HST ialah masjid, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar