Selasa, 29 November 2016

Unsur dan Wujud Kebudayaan Masyarakat Banjar


Unsur dan Wujud Kebudayaan Masyarakat Banjar Martapura
                                                                                                                                      

Kebudayaan dalam Antropologi memiliki tujuh unsur-unsur kebudayaan, yang meliputi : bahasa, system pengetahuan, organisasi sosial, system peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. 

Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. Bahasa yang digunakan di Kabupaten Banjar, Martapura masih menggunakan bahasa daerah berupa bahasa banjar, jarang ada orang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan masyarakat lain, kecuali orang-orang pendatang dari daerah lain yang menggunakan bahasa Indonesia. Dialek bahasa yang digunakan oleh masyarakat martapura menggunakan dealek bahasa Banjar Kuala. Misalnya :
gasan (Dalam bahasa Banjar Kuala. Hagan (Dalam bahasa Hulu), yang dalam bahasa indonesia berarti untuk, buat.
lelongkong (Dalam bahasa banjar Kuala) lalungkang/jandila (Dalam bahasa Banjar Hulu), yang dalam bahasa Indonesia berarti jendela.
Walaupun sama-sama orang Banjar namun masyarakat masing-masing daerah Kalimantan Selatan memiliki dealek bahasa yang berbeda-beda tergantung dari daerahnya. Jadi , orang daerah Banjar Dengan orang daerah Barabai memiliki bahasa yang berbeda.

Sistem pengetahuan
 
Sistem pengetahuan yang ada di Kabupaten Banjar  sudah mulai berkembang kearah yang lebih baik, yaitu dapat dilihat dari pembangunan dunia pendidikan di Kabupaten Banjar, Martapura sudah mempunyai lembaga pendidikan SD/MI, SMP/MTS, SMA, SMK dan beberapa Perguruan Tinggi. Di SMKN 1 yang ada di daerah Martapura pun telah dibuka berbagai jurusan antara lain akuntansi, administrasi perkantoran, penjualan, teknologi informatika, teknik pemesinan, dan mekanik otomotif yang dapat memberikan masyarakat program pendidikan siap kerja berupa keahlian tanpa harus melanjutkan perguruan tinggi lebih dahulu.
Selain itu di daerah Kabupaten Banjar, Martapura juga terdapat lembaga pendidikan tinggi yaitu : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darussalam, Akademi Perawat (Akper) Intan Martapura. Dengan melihat jumlah lembaga pendidikan yang tersedia di Kabupaten Banjar tersebut maka hal ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan adanya pendidikan dan dimungkinkan berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk meraih jenjang pendidikan yang makin tinggi. Julukan Kota Martapura ialah kota santri, sebab di Martapura banyak santri-santri daerah lain yang bersekolah di pondok-pondok pesantren di Martapura. Salah satu pondok yang terkenal sampai mancanegara ialah Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Organisasi social
 

Organisasi sosial yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai  antara lain adalah :

Batahlil, merupakan salah satu tradisi yang ada Di Kabupaten Banjar, Martapura. Organisasi sosial ini bersifat kekeluargaan karena adanya unsur gotong-royong antar warga. Salah satu proses pelaksanaan acara serikat penolong kematian dalam budaya masyarakat Martapura adalah batahlili. Yaitu, tahlilan sebanyak 70.000 kali di Langgar (Mesjid) serta mengumpulkan dana untuk saling tolong menolong.

Bemaulitan, merupakan organisasi sosial yang dilaksanakan rutin malam rabu/malam senin, Bemaulitan ialah kegiatan bersholat dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Sistem acara bergiliran dari setiap anggota habsyi, Pembiyaan dalam kegiatan ini bersifat gotong-royong.

Beburdahan, merupakan organisasi sosial yang dilaksanakan malam jumat, system kegiatan ini kurang lebih sejenis kegiatan bemaulitan, beburdaan ialah kegiatan membaca ayat burdah dengan nada yang cepat atau lambat dengan berirama.

Sistem peralatan hidup dan teknologi
Sistem pelalatan hidup dan teknologi yang ada di Kabupaten Banjar, Martapura sudah cukup maju, 
1.       Alat-alat produktif
Peralatan yang digunakan antara lain:
a.                   Peralatan untuk bertani: parang cangkuk (untuk menebas),parang Duyung (untuk merumput di sawah),parang Lantik (untuk menebaspepohonan yang kecil),Belayung (untuk menebang pohon yang besar),dan cangkul
b.                  Peralatan untuk rumah tangga : Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang cukup besar),pisau,lading,kapak,dll.
2.       Senjata
Senjata digunakan masyarakat Banjar untuk melindungi dirinya dari musuh dan bisa juga berfungsi sebagai alat produktif seperti untuk mengangkap ikan,berburu di hutan,jerat perangkap,dll. Contohnya Mandau, Sumpit, serapang (tombak lima mata), tiruk (tombak panjang lurus untuk berburu ikan haruan atau ikan gabus dan tomat disungai), pengambangan ( tombak lurus bermata satu), duha ( pisau bermata dua untuk berburu babi) 3. Makanan
 
Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang digunakan untuk membuat makanan tersebut mempunyai nilai lebih.Bagaimana cara mengolah,memasak,dan menyajikannya juga harus diperhatikan.apalagi penggunaan bumbu-bumbunya.salah satu hasil makanan orang Banjar yang terkenal adalah Nasi Kabuli yang telah turun temurun menggunakan resep warisan leluhur mereka. Serta ada Kue khas Martapura yaitu Wadai Kelepon (Kalalapun). Dan masih banyak lagi makanan khas Martapura.


4. Pakaian dan Perhiasan

5.
Untuk itu dalam pembuatannya diperlukan sistem teknologi yang tepat seperti pembuatan kain sasirangan yang mengguanakan teknik cetak sehingga dihasilkan kain yang bermotif sama,dalam pembuatan kain tenun juga dilakukan teknik tenun halus. Masyarakat Banjar telah mengenal perhiasan sejak dulu yaitu ada yang menggunakan lokan,kerang,batu hias,dan emas.





6.       Rumah
 

Orang Banjar mengenal sistem pembuatan rumah mereka yaitu dengan mengikat bahan material,merangkai kayu-kayu,dan menyusunnya menjadi bentuk sebuah rumah yang mereka inginkan.dengan bahan utama adalah kayu ulin karena banyak terdapat di sekitar mereka.Rumah yang dijadikan rumah adat adalah rumah bubungan tinggi/rumah panggung karena
7.       Alat-alat Transportasi
Yang menjadi alat transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana trasportasi sungai. sistem teknologi tersebut menandakan bahwa masyarakat Banjar telah peka terhadap perkembangan teknologi yang sangat mereka perlukan untuk mempermudah pekerjaan mereka.


Sistem Mata Pencaharian
 
Sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan seharihari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem mata pencaharian maka dapat diketahui sistem mata pencaharian yang ada di Kabupaten Banjar, Martapura meliputi :
1. Mandulang Intan, Penambangan intan merupakan sektor andalan dalam bidang perekonomian Kalimantan Selatan. Di Martapura juga terdapat tambang intan yang terkenal di Pengaron, dimana pada masa pendudukan Belanda tambang intan di Pengaron adalah penghasil intan terbanyak, tambang intan tersebut adalah Orange Nassau.
Baru-baru ini, penambang di Kabupaten Banjar menemukan intan mentah sebesar pentol bakso. Kelompok pendulang intan tradisonal menemukannya di kedalaman 15 meter di Desa Antaraku, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar.
Beratnya mencapai 40 gram, penambang mengatakan ukurannya 200 karat. Diberi nama Puteri Malu, intan ini penemuan terbesar setelah intan Trisakti tahun 1965 seberat 33 gram. Bagi seorang penambang, menemukan intan besar belum tentu membawa kemakmuran baginya. Penambang intan ibarat seorang buruh tani, hidup miskin bertahan hidup dari utang.


Sistem religi
 
Sistem religi dapat berupa wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang tuhan, dewadewa, ruh-ruh halus, neraka, surga, dan lain-lain, tetapi juga sebagai berbagai bentuk upacara (baik yang musiman maupun yang kadang kala), maupun berupa benda-benda suci serta religius.
Sistem religi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai adalah :
1.       Tradisi malam nisfu syaban, tradisi ini dilakukan setiap malam nisfu syaban, masyarakat beramai ramai menuju masjid sebelum masuk waktu magrib ketika malam nisfu syaban. Masyarakat sholat magrib berjamaah kemudian membaca yasin sebanyak tiga kali secara beramai-ramai dilanjujutkan sholat isya berjamaah, setelah sholat isya dilanjutkan lagi sholat tasbih secara bersama-sama. Tradisi ini selalu berulang-ulang tiap tahunnya ketika malam nisfu syaban.
2.       Bamauludan atau bamaulitan, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat ketika tiba bulan maulid Nabi Muhammad SAW, mauludan dilakukan dimasing-masing rumah masyarakat dalam rangka memeriahkan maulud Nabi. Pada tradisi ini diadakan aruh atau selamatan dimasing-masing rumah warga yang dilakukan secara bergiliran selama sebulan penuh ketika bulan Mulud tiba.  




Kesenian
 
Kesenian dapat berwujud berbagai gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng, atau syair yang indah, tetapi juga dapat berupa wujud sebagai berbagai tindakan interaksi berpola antara sesama seniman pencipta, penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, maupun para peminat hasil kesenian, disamping wujudnya berupa benda-benda indah, candi, kain tenun yang indah, dan lain-lain.
Kesenian yang ada di Kabupaten Banjar, Martapura antara lain :
Musik Kintung merupakan salah satu kesenian musik tradisional dari Suku Banjar, Kalimantan Selatan. Musik ini berasal dari daerah Kabupaten Banjar, yaitu Martapura, Masa dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.
Bahan untuk membuat alat musik kintung ini adalah bambu. Bentuknya seperti angklung dari Jawa Barat. Untuk mengatur bunyi tergantung pada rautan bagian atasnya hingga melebihi dari seperdua lingkaran bambu. Rautan itu makin ke atas semakin mengecil sebagai pegangannya. Sedang bagian bawahnya tetap seperti biasa. Panjangnya biasanya dua ruas, dan buku yang ada di bagian tengahnya (dalam) dibuang agar menghasilkan bunyi. Pengaturan bunyi biasanya tergantung pada rautan bagian atasnya. Semakin dibuang atasnya itu akan menimbulkan nada yang lebih tinggi.
Namun, pada masa sekarang, musik Kintung ini sudah mulai langka karena seniman yang tersisa adalah orang-orang tua dan jarang generasi muda yang mau meneruskan kesenian ini.

Wujud Kebudayaan
J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu :
(1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan :
1.  Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma norma, peraturan dan sebagainya. 
2.  Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
3.  Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2007:2930) memberikan penjelasannya sebagai berikut :
1. Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
Di Martapura, ada wujud kebudayaan berupa hokum adat seperti:
Pamali Banjar adalah ungkapan tradisional berbahasa Banjar yang berisi paparan tentang siapa saja yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu pada waktu-waktu tertentu di tempat-tempat tertentu dan akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang berani melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang tidak boleh dilakukan itu.
Pamali dalam masyarakat Banjar berarti ungkapan-ungkapan yang mengandung semacam larangan atau pantangan untuk dilakukan, di mana dalam masyarakat Banjar, pamali memiliki posisi sekaligus berfungsi sebagai control social bagi seseorang dalam berkata, bertindak, atau melakukan suatu kegiatan (Jamali dan Dalle, 2013).
Contoh-contoh Pamali Banjar seperti berikut
Babinian (orang yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali badiri (perbuatan yang terlarang) di muhara lawang (tempat) kaina halinan baranak (akibat). Artinya wanita hamil terlarang duduk atau berdiri di muka pintu karena hal itu akan berakibat yang bersangkutan susah melahirkan.

Babinian (orang yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali makan pisang kambar (perbuatan yang terlarang) kaina baranak kambar siam (akibat). Artinya wanita hamil terlarang makan pisang kembar karena hal itu berakibat  melahirkan anak kembar siam.

Babinian (orang yang terlarang melakukan) bujang (situasi) pamali bakujamas (perbuatan yang terlarang) malam Sabtu (waktu) kaina bajudu lawan laki nang katuju mamukulinya (akibat). Artinya anak gadis terlarang mengeramas rambut pada malam Sabtu karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan berjodoh dengan suami yang suka menyiksanya.

Babinian (orang yang terlarang melakukan) bujang (situasi) pamali bamasak sambil banyanyi (perbuatan yang terlarang) kaina baanak tiri (akibat). Artinya anak perawan terlarang memasak sambil menyanyi karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan bersuami duda yang sudah mempunyai anak (bakal mempunyai anak tiri).

Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali bajalan (yang terlarang) parak kuburan (tempat) kaina kapidaraan (akibat). Artinya anak kecil terlarang berjalan di dekat kuburan karena hal itu akan berakibat yang bersangkutan akan jatuh sakit karena diganggu makhluk gaib.

Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali duduk di bantal (perbuatan terlarang) kaina buritnya babisul (akibat). Artinya anak-anak terlarang menjadikan bantal sebagai tempat duduk karena hal itu berakibat pantat yang bersangkutan pantat akan ditumbuhi banyak bisul.

Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali makan batis hayam (perbuatan terlarang) kaina tulisan kada baik kaya karacak hayam (akibat). Artinya anak-anak terlarang makan nasi berlauk-pauk kaki ayam karena hal itu berakibat tulisan yang bersangkutan menjadi jelek seperti cakar ayam.
2.    Wujud perilaku
 
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
Di Martapura ada wujud kebudayaan berupa bemaulitan:
Bamauludan atau bamaulitan, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat ketika tiba bulan maulid Nabi Muhammad SAW, mauludan dilakukan dimasing-masing rumah masyarakat dalam rangka memeriahkan maulud Nabi. Pada tradisi ini diadakan aruh atau selamatan dimasing-masing rumah warga yang dilakukan secara bergiliran selama sebulan penuh ketika bulan Mulud tiba.  

3.    Wujud Artefak
 
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.
Di Martapura ada wujud kebudayaan berupa rumah banjar:
Suku Banjar memiliki 11 tipe rumah adat yang sekarang sudah banyak yang punah. Di antaranya adalah tipe Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku.  Khusus untuk tipe Bubungan Tinggi sebenarnya masih banyak karena dijadikan arsitektur gedung-gedung instansi pemerintahan seperti kantor gubernur, kantor wali kota, dan sebagainya di Kalimantan Selatan, namun rata-rata berbahan semen. 
Sementara yang benar-benar asli berbahan kayu ulin sudah sangat langka. Walau begitu, masyarakat maupun turis yang penasaran dengan rumah adat ini dan ingin mengeksplorasi lebih mendalam tentang interior tradisionalnya, bisa berkunjung ke situs cagar budaya Rumah Adat Banjar Teluk Selong Ulu di Jalan Martapura Lama nomor 28 RT 4, Desa Teluk Selong Ulu, Kecamatan Martapura Barat, Kota Martapura, Kabupaten Banjar. 
Di lokasi ini, ada dua tipe rumah adat Banjar, yaitu Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku. Kedua rumah ini masih dihuni pemiliknya dan masih tampak terawat dengan baik kendati usianya sudah ratusan tahun. Kedua rumah ini pun dilindungi oleh Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.  
Rumah Bubungan Tinggi
Konsep budaya masyarakat Melayu Banjar dipengaruhi oleh kebudayaan Dayak, Melayu dan Jawa. Selain itu juga diperngaruhi oleh kepercayaan animism Kaharingan, Hindu. Beragam kebudayaan dan kepercayaan itu akhirnya oleh satu kepercayaan dan kebudayaan masyarakat Melayu Banjar, yaitu Islam. Kebudayaan dan kepercayaan Islam ini dikelompokkan berdasarkan tiga kategori, yakni kepercayaan Islam, kepercayaan bubuhan, dan kepercayaan lingkungan. Dari ketiga kepercayaan ini kemudian bertranformasi dalam wujud konsep arsitektur rumah masyarakat Melayu Banjar, khususnya rumah bubungan tinggi. Adapun wujud transformasi ketiga kepercayaan ini dapat dilihat melalui desain lingkungan, desain peruangan (dengan penerapan symbol cacak burung, ruang upacara), desain perangkaan dan desain persolekan (beragam motif dan ukiran) dalam arsitektur Melayu Banjar.
Masjid
Arsitektur tradisional Kalimantan Selatan terfokus pada permukiman dan rumah tradisional. Wujud arsitektur tempat ibadah Suku Banjar memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan wujud masjid-masjid lainnya. Masjid tradisional Kalimantan Selatan memiliki tiga jenis ruang, yaitu palataran (teras keliling), tempat sholat, dan mihrab. Palataran berupa teras keliling, sedangkan denah shalat dan mihrab berbentuk persegi. Masjid tradisional Kalimantan Selatan memiliki wujud sendiri yang dibentuk oleh denah ruang shalat dan mihrab, serta atap bertumpang tiga. Atap pada masjid tradisional Kalimantan Selatan memiliki sudut runcing (60o ) dan sudut tumpul (20o ). Selain itu, wujud masjid keseluruhan merupakan simbolisasi dari pohon hayat (Suku Dayak), dan di puncak atas atap ditemukan hiasan (pataka/patala) yang merupakan simbol dari Burung Enggang. Kedua simbol ini merupakan simbol identitas dalam mitologi Suku Dayak.

Unsur dan Wujud Kebudayaan Masyarakat Banjar Kandangan HSS

Sistem Bahasa  yang digunakan di Kota Kandangan pada umumnya adalah bahasa kandangan yang mengadopsi bahasa banjar asli tetapi mempunyai logat (gaya bahasa) yang khas.
Contohnya :
·         Bahasa Indonesia : Ini yang mau saya beli
·         Bahasa Banjar : nangini handak ku tukar
·         Bahasa Kandangan : nang niya ti pang handak ku tukar
Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian Hidup yang ada pada masyarakat Hulu Sungai Selatan (Kandangan) antara lain : memancing, berdagang, pandai besi, membuat dodol dan ketupat asli Kandangan.
Sistem Kepercayaan atau Agama masyarakat Hulu Sungai Selatan mayoritasnya adalah Agama Islam meskipun masih ada masyarakatnya yang menganut kepercayaan nenek moyang yaitu Kaharingan.
Kesenian khas Hulu Sungai Selatan antara lain bakuntau, mamanda, dan madihin. Bakuntau ini sendiri adalah sebuah bela diri yang beberapa gerakan hampir mirip dengan silat namun ada beberapa gerakan juga yang khas, kesenian bela diri bakuntau biasanya juga dapat di temui dalam acara perkawinan, mereka menunjukan kemampuan bela diri mereka, dan pertunjukan ekstrim seperti debus, namun kini mungkin sudah jarang di temui. Umumnya para pendekar kuntau memiliki sejenis ilmu kanuragan mereka kebal akan senjata tajam dsb. Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup. Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat", tapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Puisi rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.
Wujud Kebudayan
Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas, beberapa wujud kebudayaan yang ada pada masyarakat Hulu Sungai Selatan antara lain ialah Napak Tilas dan Festival Dandang. Napak Tilas itu sendiri adalah sebuah kegiatan untuk mengenang masa perjuangan para pahlawan di daerah Hulu Sungai Selatan dengan cara melakukan perjalanan menyisiri jejak yang pernah ditempuh para pahlawan tersebut. kegiatan ini dilakukan sekitar 2-3 hari dengan melakukan perjalanan dari Kota Kandangan kemudian menuju tempat-tempat peninggalan sejarah perjuangan warga kalimantan secara umumnya dan warga Kandangan secara khususnya, perjalanan ini menembus hutan dan juga gunung yang ada di sekitar Kota Kandangan, acara ini juga merupakan acara tahunan dan salah satu event besar di Kota Kandangan selain acara Bamboo Rafting, acara ini dilakukan pada pertengahan bulan mei setiap tahunnya. Sedangkan Festival Dandang adalah sebuah event menerbangkan dandang (layang-layang berukuran besar) secara bersamaan di  lapangan luas.
Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak, di daerah Hulu Sungai Selatan, khususnya kota Kandangan wujud kebudayaannya ialah berupa makanan khas yaitu, Dodol dan Ketupat khas kandangan. Untuk Ketupat Kandangan sendiri masyarakat kandangan memiliki cara khas tersendiri untuk memakannya yaitu dengan cara ketupatnya dihancurkan sehingga tidak berbentuk ketupat utuh melainkan seperti nasi namun berkuah.

UNSUR-UNSUR DAN WUJUD-WUJUD KEBUDAYAAN MASYARAKAT BANJAR DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH (HST)
A.   Unsur-unsur Kebudayaan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur unsur yang bersifat universal. Unsur unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal yaitu
1.      Bahasa
2.      Sistem Pengetahuan
3.      Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
4.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
5.      Sistem Mata Pencaharian Hidup
6.      Sistem Religi
7.      Kesenian
Mari kita bahas satu persatu yang ada di HST
#1 Bahasa
Bahasa adalah suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasi kan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
bahasa Banjar yang merupakan bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar yaituBanjar Kuala dan Banjar Hulu. Sebelum dikenal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pada zaman dahulu apabila berpidato, menulis atau mengarang orang Banjar menggunakan bahasa Melayu Banjar dengan menggunakan aksara Arab. Tulisan atau huruf yang digunakan umumnya huruf atau tulisan Arab gundul dengan bahasa tulis bahasa Melayu (versi Banjar). Semua naskah kuno yang ditulis dengan tangan seperti puisi, Syair Siti Zubaidah, syair Tajul Muluk, syair Burung Karuang, dan bahkan Hikayat Banjar dan Tutur Candi menggunakan huruf Arab berbahasa Melayu (versi Banjar).
#2 Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan itu berkisar pada pegetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat sifat peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang pengatahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat sifat dan tingakh laku sesama manusia, tubuh manusia.
Description: 20140421un-murid-salafiah.jpg

Di Kalimantan Selatan khususnya di Hulu Sungai tengah, pendidikan pesantren dari dulu dan bahkan sampai sekarang masih sangat digemari oleh masyarakat

#3 Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
Organisasi Sosial adalah sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
Description: manyambal.jpgDescription: mengawah.jpg
Masyarakat HST biasanya berkumpul atau bergotong royong pada saat salah satu tetangga mengadakan acara pernikahan, kegiatan di atas di sebut manyambal(kiri), bakawah(kanan)
#4 Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para nggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan berbuat dalam hubungannya degnan pengumpulan bahan bahan menta, pemrosesan bahan bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat trasportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda meterial.
Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi, alat alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan serta alat alat transportasi.
#5 Sistem mata pencaharian hidup 
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha manusia untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, perdagangan.
Description: IMG_0320 (900x600).jpg
Mata pencaharian utama masyarakat kabupaten HST adalah bertani.
#6 Sistem Religi
Sistem religi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal hal suci dan tidak terjangkau oleh akal. Sistem religi yang meliputi, sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan.
Description: 5 copy.jpg
Masyrakat HST sangat menghormati para tokoh dan peninggi agama.
#7 Kesenian
Secara sederhana eksenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindaha. bentuk kendahan yang beraneka tagam itu timul dari permainan imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi amnusia. Secara garis besar, kita dapat memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara dan seni tari.
Description: sanggar-tari-kambang-tigarun-kalimantan-selatan-4.jpg
Sumber: anisskhoiruns.wordpress.com

B.   Wujud-Wujud Kebudayaan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

terdapat 3 wujud kebudayaan, yaitu
1. ide/ gagasan : suatu pola pikir, contoh wujud kebudayaan dari gagasan pada masyarakat HST ialah mempercayai adanya hal hal yang berbau mistis,seperti mempercayai benda benda pusaka,
2. aktifitas : kegiatan/tindakan  yang di lakukan masyarakat. contoh wujud kebudayaan dari aktifitas pada masyarakat HST  ialah manujuh hari, sesajen pada saat acara pernikahan, dll.
3. hasil budaya : berupa suatu peninggalan,hasil karya/benda/fisik. contoh wujud kebudayaan dari hasil budaya pada masyrakat HST ialah masjid, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar